04 Maret 2011
Tuhan, Engkau akan marah padaku.
Aku sudah tidak mencintai diriku lagi. Aku ingin segera menjumpai Mu dalam seburuk apa pun aku bertemu.
Gaun ini, semestinya ku gunakan untuk bertemu dengan seseorang yang ku sayangi. Dia berjanji dia akan menemui ku. Dan aku sangat senang. Gaun ini aku beli beberapa hari setelah janji dia. Rendanya kecil dibagian atas. Kata pemilik toko, bunga yang disulam itu adalah melati. Kecil terangkai menghiasai bagian pingir lehernya. Tepat dibagian bawah gaun, renda senada ungu pucat adalah bunga melati yang sama, hanya saja ukurannya lebih besar. Satu jengkal diatas lutut. Aku pikir ini sangat bagus. Jika aku bertemu dengannya nanti. dia pasti akan menyebutku cantik. Melati yang kecil direnda gaun itu tidak sebanding dengan bunga yang mekar megah di hati ku memikirkan hari yang istimewa itu.
“Maaf.. aku tidak bisa menemani mu sabtu depan, Yesh..”
“Why?”
“Aku harus bertemu pembimbing ku..”
“Bukankah kita sudah sepakat, Kak?”
“I’m so sorry.. ini sangat penting, Yesh.. mengertilah..”
“I want.. but I can’t. Semua tentang mu itu penting.. tidak tentang ku..”
“Ayolah, Yesh.. tidak seperti itu..tolong..”
“Ya..Tidak apa2.. dan..satu hal lagi..tanggal 23 nanti, aku tidak mau menemani mu..”
“Hahh? Kenapa??..”
“Hanya tidak bisa.. sama seperti mu.. ada yang lebih penting..”
“Apa ini pembalasan, Yesh?”
“Anggap seperti itu..”
“Kau seperti anak kecil.. aku tidak bisa menemani mu bukan main-main.. tapi kau membatalkan pertemuan kita hanya karena membalas ini?”
“…………….”
“Yesh… ahhh.. kau marah!”
“Ya.. aku sangat kesal!”
……………………………………
Setelah hari itu kita tidak pernah saling berhubungan lagi. Kak.. entah sampai kapan engkau mengerti apa yang ada dalam otak ku. Engkau tidak bisa seogois itu pada ku. Aku sudah mempersiapkan untuk pertemuan kita, dan untuk tanggal 23 nanti. Ya, untuk tanggal 23 aku sudah membeli gaun yang lain..berwarna hitam. Aku ingin benar-benar engkau mengakui bahwa aku cantik. Malam tanggal 23 anggap bahwa itu adalah tanggal ulang tahun mu yang seharusnya tanggal 12 besok. Sebagai kadonya, aku ingin memberikan kejutan pada mu. Namun, pertengkaran kita.. menghancurkan semua mimpi ku, Kak.
Engkau tidak menenangkan ku. Aku berjuang dengan kekecewaan ku sendiri.
…………………………………………………………………………..
“Apa-apaan ini. Kau ini bodoh atau apa.. masa fungsi manajemen seperti ini?”
“Lalu yang seperti apa, pa?”
“Coba kamu lihat dibukunya.. “
“Saya sudah melihatnya.. dan ini bukunya..”
“Ahh.. percuma ada bukunya juga.. toh kamu tidak mengerti apa yang kamu bahas!”
“Saya atau bapak yang tidak mengerti yang saya bahas.. saya sudah meminta pendapat dosen lain..dan dia setuju.. ini bukan hanya ide saya, pa.. ini juga ide dosen lain yang ahli ekonomi!!”
Tuhan, benarkah aku yang bodoh?!! Atao dia yang g*****k
………………………………………………………………
“Yesh…”
“Ya, Mi?”
“Kapan, engkau mau menyelesaikan sidang?”
“Bulan depan.. kenapa, Mi?”
“Uang yang Yesha butuhkan belum dikembalikan ama yang pinjem itu.. dan kita saat ini tidak punya uang cash, sayang..”
“………….”
“Yesha..??”
“Iya, Mi..”
“Yesha baik2 sajakan?”
“Iya, Mi.. nanti Ayesh telephone lagi.. sekarang ayesh sedang ngedit laporan..”
“Iya.. Hati-hati ya, yesh.. Ummi minta maaf.. insyaAllah ummi usahakan Yesha bisa sidang bulan depan..”
“Enggak apa-apa, Mi.. Ayesh tidak terobsesi lulus tahun ini juga..”
“Enggak, Yesha harus lulus tahun ini..”
“……..”
“Ummi akan lakukan apa pun untuk Yesha..”
“Jangan, Mi.. biar Ayesh yang mencari sisa dari kekurangannya..”
……………………………………………………………………….
Tuhan, kemana aku akan mencari sisa kekurangan uang itu?! Ini salah ku.. kenapa aku pinjamkan uang kuliah ku?! Kepala ku berat, Tuhan.
“Hai, pa..”
“Ayeshhh.. kemana aja, cantik?!”
“Ada.. sedang sibuk tugas akhir, pa..”
“Sini donk main.. sudah lama gak liat wajah Ayesh..”
“Pa..”
“Ya, sayang?!”
“Boleh Ayesh minta tolong..??”
“Oya.. boleh donk.. apa sich yang enggak buat Ayesh.. hahahha..” *tawanya membedirikan bulu takut ku. Ketakutan bahwa ini bukan jalan yang ku inginkan. Ini adalah tawa setan yang selalu ku hindari sejauh ini.
“Ayesh.. pinjam uang..”
“Kok pinjam?! Aku kasih.. asal kamu datang kesini..”
“Iya, pa.. tar Ayesh kesana..”
“Okay, saya tunggu.. dandan yang cantik ya, manis..”
“hemmm..”
………………………………………………
Lewat cermin yang terpampang besar. Aku menembus wajah ku sendiri. Senyum yang membuat siapa pun tunduk.. Mata yang mengalahkan jiwa kosong, lalu mengisinya dengan kegembiraan yang dikurasnya dari mata ular ini.
Siapakah aku, Tuhan?!
Tuhan?!! Apa aku masih layak memiliki iman ini?!
Perih. Duhai engkau yang ku cintai dengan sangat.. engkau tidak pernah ada ketika aku membutuhkan mu. Engkau hanya senang melihat senyum ku. Kiankah engkau mengerti bahwa bibir ini pula yang pada waktu-waktu tertentu, waktu terberat dalam hidup ku.. dia menjadi jalan laluan air mata. Memohonkan bahwa engkau sekali saja mengenali kesedihan ku.
Tuhan, kenapa aku melalui masa ini?! Apa kah aku benar-benar layak hidup?!
Tuhan, apa engkau yang merancang aku untuk kembali pada pelukan orang-orang yang mencintai tubuh ku itu?! Tuhan, apa iya ibuku tidak akan lebih sakit jika tau bahwa anak yang dibanggakannya tidak pernah menikmati bahagia?!
“Mi.. aku sangat mencintai mu.. aku tidak ingin melihat ummi susah.. biarlah aku yang menganggungnya sendiri. Biarkan saja aku begini, Mi..”
…………………………………………………
Hari ini, akhirnya.. jika aku ingin mendapatkan uang itu.. aku harus menemuinya. Dan aku tahu apa yang akan terjadi. Aku tidak lebih dari seorang pelacur.
Tuhan aku bingung.. aku tidak ingin terjebak disini. Tuhan aku harus berlari kemana?!
Aku benci dengan dosen t***l itu.. dia tidak sama sekali menghargai apa yang ku lakukan. Engkau taukan, Tuhan.. bukan aku yang bodoh.. tapi dia!! Dia yang tidak mengerti masalah dari tugas akhir ku. Dia yang salah. Dia yang bodoh!! Aku benci dia. Aku do’akan dia segera kena balasan dengan keto***lan dia itu. Aku benci sekali.. sangat benci.. dia yang membuat ku semakin gila!! Dia yang membuat ku seperti ini. Dia, Tuhan!! Dia..
Lalu dia, orang yang kusayangi itu, Tuhan.. dia adalah orang nomer satu yang sangat..sangat ku benci.. dia hanya menginginkan ku saja, Tuhan.. dia tidak mencintaiku.. dia hanya membutuhkan ku dalam versi dia!! Aku membencinya, karena dia sudah berani memasuki wilayah pribadi ku dan merusaknya. Aku tidak akan memaafkan dia, Tuhan.. jika aku semakin tertekan setelah dari dosen itu.. dia adalah orang yang paling tepat disalahkan. Karena dia menambah-nambah kekecewaan ku. Aku seperti sampah yang tolol kata dosen ku. Aku seperti sampah yang busuk bagi dia yang ku sayangi itu!! Semuanya menganggap aku hanya sampah!! Mereka akan baik pada ku jika mereka menginginkan ku saja.. mereka tidak sama sekali menyukai ku!! Aku benci dia.. dialah alasan kenapa aku mati, Tuhan..
Ummi, sayang..
Tuhan..aku sangat mencintai ibu ku.. dia adalah satu-satunya cahaya ku. Aku ingat benar pelukan dia yang lembut dan hangat. Cubitan manja dia. Semua cinta dia.. bukan.. bukan karena dia aku kalah, Tuhan… namun cinta dia tidak kuat dalam hati ku sehingga membuat ku tetap bertahan disini..
Tuhan, suatu ketika saat aku tidak bisa menemaninya di syurga.. ijinkan aku menatapnya.. aku senang sekali dengan senyumannya. Aku sangat merindukan matanya yang teduh… Tuhan…
…………………………………………………………
Ini sudut ku. Ini akhir ku. Garis ku terputus disini.
Gaun yang akan membuat ku cantik untuknya, akan ku bawa untuk bertemu dengan Mu, Tuhan.. meski dengan cara yang salah..
Perih. Sakit. Aku tidak peduli. Biarlah darah ku yang membayar sakit itu.
Aku mendengar suara teman-teman tertawa. Mereka bahagia, mungkin. Terbayang waktu terbaik dengan mereka. Perkenalan yang kaku. Perseteruan yang kadang menyebalkan. Atau seperti saat ini.. tawa, kegembiraan yang tidak bisa ku lupakan…
……………………………………………………………..
“Teh Ayesh?!.. darah?!”
Aku medengar suara ketukan dari luar. Kepala ku mulai berdenyut. Aku tidak akan membukanya, Khil. Maaf… biarkan aku begini.
“Tehhh.. tehhh..”
“kita dobrak saja..”
Antara sadar dan tidak, aku mendengar riuh orang dengan khawatir. Aku merasakan tubuh ku dibopong. Entah oleh siapa.
“Kita bawa ke klinik terdekat, ustadz..”
“Iya…”
………………………………………………………………
Aku merasa sakit. Tubuh ku.. dan yang lebih sakit adalah hati ku.
…
Aku sadar pukul 7 malam. 3 waktu shalat aku lewatkan. Dan mungkin sebenarnya aku tidak pernah shalat.
Aku melihat mereka. Matanya khawatir. Mendekati ku. Mengusap tangan ku. Senyum yang hambar, semoga itu tulus.
“Ayesh..”
“Iya, teh…”
“Sabar ya, De.. semua akan baik-baik saja..”
Aku tidak mengangguk. Tidak menggeleng. Aku mengenali rasa yang berkecamuk didada ku. Malu karena merasa bodoh dengan melakukan perbuatan ini. Kesal, karena aku tidak melihat orang yang ingin ku lihat, lelaki brengsek itu!! Seharusnya dia adakan?!! Cihhh.. aku sudah benar-benar menyia-nyiakan waktu ku dengan mencintai dia!! merasa bersalah dengan ummi.. jika aku tadi mati.. mungkin saat ini ummi sedang menangis menjemput mayat ku.
“Teh Noey, Mei, Rhe, Niz… Khil, Rai,I’a, Nit.. makasih sudah membawa saya kesini..”
Mereka menatap ku tidak percaya.
“Jangan pikirkan itu..” Tangannya sangat lembut. Aku benci dibohongi. Jangan pura-pura baik atau peduli pada ku. Kalian tidak menginginkan ku sebagai sahabat kan?.. aku hanya penghuni saja bagi kalian.. bukan sahabat!
Mata ku panas. Tidak bisa membendung sakit.
“Sudah lebih baik, yesha?!”
Suara yang ku cibir. Haahhh.. kenapa kalian baru menolong ku saat aku sudah jatuh, kawan?! Kenapa kalian tidak menolong ku saat aku hanya baru terpeleset atau baru limbung. Sekarang aku sudah di jurang.. aku kadung merasakan sakit dan tidak percaya.. sekeras apa pun kalian mengulurkan tangan.. aku sudah tidak membutuhkannya.
“Iya, sutadz..”
“Baju mu, saya bakar, Yesh..”
Aku diam.
“Kita akan memperbaikinya, Yesh.. beri kami kesempatan.. sebagaimana engkau akan memberi kesempatan untuk sembuh pada raga dan hati mu..”
“Iya, ustadz..”
Percuma. Batin ku sudah tergadai pada gelap, gerimis yang tak kunjung reda.. karena penantian Ayesha sudah mati. Dan mulai hari ini Ayesha sudah mati. Bukan terambilnya nafas dari raga hingga tak bergerak, namun malaikat maut mengambil semangat dan harapan ku untuk hidup.. terlebih cinta. Kuburannya sudah digali. Aku pun hanya menjadi penunggu kuburan itu.
Ayesha. Ruang ICU A*****t.
-6.914744
107.609811