Archives

in the End!!

Aku kumpulkan begitu banyak keberanian untuk menghubungi mu.. Untuk bertanya, “Apa kabar?”..

Aku singkirkan semua ketakutan dan prasangka buruk.. meyakinkan diri bahwa engkau akan membalas pertanyaan ku dengan lebih baik..

Aku berusaha untuk tegar dan berpikir tidak mengharapkan apa pun ketika mengirimkan pertanyaan itu pada mu..

Namun hati ku pada akhirnya busuk juga.. hati ku serakah, masih tetap ingin dicintai oleh mu sepenuhnya!

Hubungan, bukankah pada akhirnya tidak bisa dipertahankan hanya oleh seorang saja..

Aku tidak bisa lagi mempertahankan apa yang ingin engkau hancurkan!

And in the end.. we are separated!

Kita mengetahui bahwa ini tidak akan berjalan baik dari semula, namun kita masih memiliki semangat untuk mempertahankannya..

Ketika kita kehilangan semangat untuk mempertahankannya, hubungan sebaik apa pun akan berakhir..

Begitukan?

Dengan tersenyum, aku mengakui, bahwa aku yang salah.. dengan semua kekurangan ku..semua kebodohanku.. aku bukanlah apa-apa!

Dengan begitu, aku pun tidak perlu memaksakan diri lagi untuk menyelesaikan semuanya dalam waktu dekat..

Aku masih memiliki waktu.. banyak waktu.. sekedar untuk menyembuhkan hati!

In the end.. we say “good bye”..

Dalam perpisahan ini, aku tidak akan berbohong.. bahwa engkau adalah orang yang begitu aku cintai.. orang yang selalu aku pikirkan.. orang yang selalu aku khawatirkan! aku merasa takut jika tidak sempurna untuk mu.. aku akan bersaha keras untuk pantas..

Namun akhirnya, semua usaha itu sia-sia!!

You should to know.. if i love you.. very  very love you!…

But now, that doesn’t matter!

Aku pun ingin bahagia.. (**Fi Hagat..)

Tuhan, tolong hapus semua perasaan ku, harapan ku. Semua cinta.

Aku pun sama seperti wanita yang lainnya, aku ingin bahagia. Aku ingin merasakan cinta yang menggebu-gebu. Aku ingin perhatian yang selayaknya.

Tentu itu bukan sebuah kesalahan, kan?

Wanita tetaplah wanita meski engkau mengatakan bahwa aku wanita tegar. Aku bisa tegar hanya karena dirimi. Aku ingin pantas di matamu, karena itu aku berpura-pura bertahan. Dan ketika aku memberikan seluruh kekuatan ku pada mu..aku tak mendapat dukungan apa pun dari mu.

Aku ingin bahagia, meski bukan engkau yang mendampingi ku.

Aku berpikir bahwa mungkin akan ada orang yang lebih bisa menghormati ku, membutuhkan ku, menerima dan membalas perasaan cinta ku dengan setimpal.

Kebersamaan kita, aku junjung sebagai masa yang berharga, yang tak ingin terluka atau pun melukai mu..

Aku bersabar menanti mu.. kembali.. pergi..

Sejauh itu, aku tidak pernah mengatakan apa-pun, dengan harapan bahwa engkau bisa mencintai ku lebih baik lagi. Namun.. masa penantian ku tidak merubah diri mu.

Ya, aku ingin bahagia.. ingin diperhatikan, ingin ada yang menyemangati, ingin ada tempat berbagi, tanpa orang itu memberikan batasan begini begitu sebelum melakukan semua yang kuinginkan tersebut. Sebagaimana aku tak pernah menyaratkan apa pun ketika memberi.

Pun saat ini aku mengatakan pada mu.. Ini bukanlah sebuah syarat..

Ini adalah sebuah tuntutan, atas hak ku sendiri. Hak untuk bahagia dengan layak.

 

Untuk mu, Ikhwan yang ku nanti..

Bismillah.

Assalamualiaka Warrahmatullahi Wabarakatuh.

Segala puji kepada Allah Ta’ala yang telah menuliskan nama mu di dalam kitab hidup ku..

Shalawat dan salam semoga tercurah kepada kekasih ummat, Rosulillah Muhammad Shalullah ‘alaihi wassalam.

Saudara ku yang di cintai Allah..

Pernah suatu ketika aku menyaksikan sepasang suami istri yang begitu semangat dalam dakwah. Istrinya yang begitu lembutaktif di setiap kajian, dan suaminya yang tak mengenal lelah antara mencari ma’isyah dan berdakwah.. sungguh sebuah pemandangan yang membuat ku ingin memasuki suatu gerbang yang kita sebut “pernikahan”

Namun aku pun akan jujur, bahwa aku takut..

Aku takut bahwa aku tak mampu melakukan semua itu dengan baik. Aku takut tidak mampu berperan dengan benar untuk mu dan untuk agama ku.

Bersama di jalan dakwah, itu adalah mimpi ku..

Bagaimana jika engkau tak seperti yang ku harapkan? atau aku yang tak seperti harapan mu?

Duhai, saudara ku..

Apa aku pantas bagi mu?

Apa engkau pantas bagi ku?

..perkenankan aku bertanya..”apa yang kau tawarkan untuk meyakinkan ku agar menetapkan mu sebagai pilihan terakhir?”

…………… i waiting your replay by email ………..

Wassalam.

More little sugar..

Oh Tuhan, mata ku telah tersesat.. tak mampu melihat apa pun selain wajahnya..

Mengapa begitu berat untuk mengatakan “Aku mengingat mu.. Sungguh tak mudah bagiku untuk menyimpangkannya pada arah lain.. sekedar membuat pikiran ku mengerti bahwa ini bukan arah ku.. Mungkin benar ketika mata tak bisa dikelabui untuk menemukan kesenangan, hati binal pun menyetujui untuk menikmati kesenangan ini.”

Aku katakan “Aku merindukan mu” ya, tentu dengan kerinduan yang tak sempurna atau bahkan dengan rasa yang berbeda dari kerinduan seorang kekasih..

Jika bisa ku larutkan cinta yang begitu besar ini dengan air mata, maka aku siap untuk menghabiskannya meskipun butuh berhari, selama cinta itu bisa sedikit saja berkurang dan menjadi ringan di hati ku.

Lembaran kertas petualangan ku ada nama mu.. sebuah nama yang terlarang untuk di tulis apa lagi diucapkan..

Berlari, takdir bukan pilihan yang bisa salahkan bahwa kita tak mampu mempersatukan hati yang saling menginginkan ini..

I just need more little sugar.. more little salt.. more little close.. not to far..

I just need to be free.. ^_^ to love u..

Anugerah yang pernah ku Miliki

Ku tepekur menyusuri kehidupan..

Kehidupan ku yang penuh dengan kerikil batu, yang membuat ku selama ini terdiam dan terpaku.. Begitu banyak penyesalan ku!

Lalu Tuhan bawakan sosok mu pada ku, dan kau percayakan seluruhnya hari-hari mu pada diri ku..

Lagi, Aku terdiam, hanya tertunduk malu dan terpaku..Bahagia, untuk melupakan masa lalu!

Beriringan bersama, hati kita mulai dipenuhi mimpi-mimpi masa yang indah, tentang esok..

Kali ini Tuhan membungkam ku dengan rasa bahagia yang tak bisa ku uraikan seperti apa, dan bagaimana menceritakannya..

Sungguh Tak akan pernah ku lupakan anugerah Tuhan tentang mu,

Engkau adalah anugerah terindah yang pernah ku miliki..

Setiap manusia pernah melakukan kesalahan, setiap diantara kita memiliki masa lalu, dan engkau satu-satunya orang yang tidak pernah ingin tau tentang masa lalu ku. Bagaimana  pun buruknya aku masa itu.. engkau katakan, bahwa itu adalah bagian yang sudah ditinggalkan.

Dengan bening yang mulai menggeser kulit kelopak mata, aku menyambut mu.. Tangan yang selama ini ku bayangkan akan memeluk ku, ternyata lebih dari itu. Engkau memindahkan setiap beban ku pada tangan mu..

Pada materi yang kita tinggali, kita berbagi nafas.. setiap mereka datang pada ingatan ku, mengatakan, “kami pernah mendengar nafas mu.. bisikan cinta mu.. senandung rindu mu, dan puisi sepi mu.. Kami akan selalu ada untuk mu.. menceritakan kembali kebahagiaan kalian ketika kalian mulai saling menjauh..”

Ya, bagi ku engkau adalah anugerah terindah yang pernah ku miliki.

Seperti apa pun aku menyangkalnya, tidak ada yang bisa mencuri kenangan mu pada ku.

 

**Setiap wanita memiliki cara tersendiri untuk mengatakan cintanya, sayang.. dan aku terlalu keras untuk dengan lembut mengatakan.. “Aku mencintai mu.. aku membutuhkan mu..” Meski aku ingin mengatakannya.. T_T Aku hanya bisa menitipkan do’a.. berharap bahwa biar engkau yang terlebih dahulu mengatakannya, dan aku hanya akan memeluk mu sebagai ungkapan, “Aku pun seperti itu, mencintai dan membutuhkan mu selalu”..

 

 

 

 

Not to lie..

Tersenyum.

“Cinta bukanlah beban..”

Aku tidak pernah menganggap bahwa apa yang ku berikan sebagai sesuatu yang harus dibalas.

Jangan.. jangan pernah menjadikan ku sebagai beban tanggung jawab siapa pun! Biarkan perasaan mu berkembang apa adanya.

Kita tidak bisa memaksakan perasaan hanya karena merasa hutang budi atau karena dia baik terhadap kita. Jangan pernah berbohong dengan apa yang kita rasakan..

Strong for..

Menatap jalan yang menggilir debu dari satu sudut ke sudut lain. Membiarkan debu itu terbang kemanapun dia hendak, seperti sebuah kebebasan. Seperti aku yang membebaskan diri dari sedih dengan mu sebagai anginnya, Po.

Aku memperhatikan mu yang tidak banyak bicara, hanya memainkan rumput yang tampak kering di dekat kaki mu. Engkau lelaki yang baik. Engkau tidak hanya berusaha menyembuhkan luka yang ada di fisik ku, tetapi juga luka yang tidak mudah sembuh dalam hati ku.

“Aku memang sering menagalami kegagalan dan kehilangan.. tapi tidak seberat yang saat ini, Po..”

“Aku tau, Yesh..”

“Aku merasakan sakit dan kecewa.. bagaimana bisa dia berbuat seperti itu pada ku.. i felt so hurt!”

“mmmm…I’m understand..”

“Untuk yang kali ini.. i’m not strong enough to throught this, Po..”

“Ayolah, Yesh.. you dont have to be strong by your self.. just let me be strong for you..”

“Thank, Po.. “

Seperti meneguk air dingin yang segar saat mendengar ucapan mu seperti itu,Po.. jika saja engkau tau.. ^_^

“Yesha…”

“Hemmm?!”

“Aku pikir ini adalah saat yang tepat.. dulu.. kamu selalu bilang ingin mulai memperbaiki diri.. dan  jika kamu percaya, bahwa ini adalah saat yang tepat untuk memulai kehidupan yang baru”

Aku menatap bola matanya. Mencari kepastian dari kata-kata dia.

Hippo, inikah engkau yang ku kenal?! Kenapa aku baru menyadari sekarang bahwa engkau sangat menyenangkan, bahwa engkau sangat dewasa. Aku tidak pernah menemukan mu yang mempesona seperti ini. Aku seperti melihat cahaya yang berkilauan. Bahwa engkau sangat berharga. Mungkin, karena kita terlalu dekat, sehingga aku tidak begitu merasakan bahwa engkau sangat berharga.

Mungkin benar yang diungkapkan Barbara Montgomery bahwa komunikas interpersonal itu sangat unik. Kita mendambakan kedekatan, tapi ketika ketika kedekatan itu sudah kita dapat, kadang kita malah tidak nyaman. Karena kedekatan itu mengorbankan otonomi disatu pihak dan mengorbankan identitas pihak lainnya. Saat kita terlalu dekat kita seperti kehilangan identitas diri kita sendiri. Aku merindukan hal-hal yang kadang seperti sebuah bentuk rasa tidak bersyukur. Saat dekat, aku ingin bahwa kita memiliki jarak. Dan disaat kita berjarak, aku begitu merindukan kedekatan. Begitupun saat engkau mengejarku, aku ingin bebas. Namun disaat aku bebas berpetulang, aku sungguh merindukan terikat dalam sebuah kepastian hubungan. Seperti saat ini. Aku merindukan mu, sebagai seseorang yang ku inginkan untuk dekat. Untuk kembali menemukan identitas,dan rasa kepastian dalam sebuah hubungan.

Sebuah hubungan yang kita kadang tolak keberadaannya karena takut saling menyakiti. Cukup. Aku sudah tidak ingin pura-pura untuk tidak menyukai mu lagi, Po.. aku ingin sekali ini saja engkau melihat ku sebagai yang memiliki rasa tidak berbeda dengan mu.

“Hei,, sudah lama ya kita gak kesini.. inget pertama kali kita ke Bandung.. jalannya lewat sini kan?!”

“Yaaa.. pertama kali aku ngasih bunga ilalang ma kamu..ingat?”

Ya, bunga ilalang.. aku suka bunga itu. Bukan bunganya mungkin yang ku suka, tapi adalah Hippo yang memberikan bunga itu.

Saat ini terlalu dingin kita menikmati sore, Po.. tapi menikmati matahari tenggelam di balik gunung menyenangkan juga. Tangan mu lebih hitam dan kurus dari terakhir kali aku memperhatikan. Dan entah itu kapan terakhir kali. Aku tidak mengingatnya. Yang aku ingat hanya tangan mu sering mengelus kepala ku, bahkan menariknya sekedar untuk bersandar di pundak atau dada mu.

Benar, aku menyukai semua itu. Kelembutan mu yang tidak pernah canggung dan lebih seperti seorang kakak yang ingin melindungi adiknya, selalu membuat ku kembali dan lagi kembali kepada mu.

Po, aku sempat memikirkan hubungan kita.

Beberapa malam ini aku berusaha untuk memeriksa keadaan hati ku.

Ya, aku sudah kalah lagi. Dan aku mengira bahwa Tuhan tidak menyayangi ku dengan putus asa yang tidak hilang-hilang dari pikiran ku. Ternyata aku salah.. bahkan Tuhan sangat sayang pada ku. Aku diberi semangat-semangat baru saat aku sudah mulai merasa jenuh. Ternyata masalah yang datang pada ku bukan untuk menghancurkan ku, sebaliknya adalah sebagai “hiburan” untuk menyegarkan jiwa ku.

Tepat, seperti sekarang.. aku merasa terlahir baru dengan semangat baru.

“Yesh, apa yang akan engkau lakukan jika dia datang pada mu lagi?”

“hemmm..?? aku tidak tau, Po..”

“Atau bagaimana jika dia ada di hadapan mu..”

“mmm.. mungkin mendo’akannya.. hehehhe”

“heheheh.. aku senang yesha sudah kembali..”

“Kembali??.. apa maksudnya itu?”

“Ya.. kembali konyol..”

“Hehehe.. ya, jujur aku sempat berpikir bahwa jika bertemu dengan dia, atau dia datang lagi pada ku.. aku akan mencampakannya mungkin.. menamparnya jika bisa.. hehehhe”

“Wawwww..”

“hahhaha.. no.. i’m just kidding.. heemmmm..Itu adalah yang ku pikirkan dulu saat aku benar2 sakit.. tapi sekarang…aku rasa tidak ada gunanya aku melakukan itu.. dan yang paling benar adalah mendo’akannya.. dia butuh doa, Po..”

“Do’a?”

“Ya.. do’a agar Tuhan membalikkan hatinya untuk lebih peka pada orang lain.. atau do’a agar dia bisa bahagia dengan menemukan seseorang yang lebih pantas untuknya..”

“Yesh..apa itu artinya kalo kamu sudah tidak menginginkannya lagi.. tau tidak mencintainya lagi?”
“I dont know, Po.. i dont know..”

“Its okay, yesh..”

“I tought.. i pray.. bahwa Tuhan akan menjadikan dia yang terbaik buat ku.. awalnya aku mengira dia benar, bahwa dengan lebih bersabar, menghilangkan sifat egois ku.. semuanya akan baik-baik saja tapi ternyata itu tidak begitu saja terjadi.. dan jalannya sangat sulit. Its been hard.. but its me.. i did it.. i’m doing it.. and its feel so good..”

Senyap.. aku menikmati udara yang lambat mengisi paru-paru ku.

“Aku kira Tuhan sedang memberikan ku kesempatan, Po.. yaaa.. karena  ketika aku mengenalnya, mencintai nya.. dan itu tidak berhasil!! dia tidak mencintai ku.. dia tidak membutuhkan ku.. hanya tentang aku. Tapi..perjalanan ini..membawakan ku pada seseorang.. seseorang yang sangat mengagumkan.. seseorang yang selalu mendukung ku.. yang tidak meninggalkan ku pada saat aku baik atau pun buruk, seseorang yang tidak pernah mencela ku.. seseorang yang setia menemani perjalanan ku.. seseorang yang mencintai ku apa adanya. Sebelum kejadian ini, aku bahkan tidak menyadari begitu berharganya seseorang itu.. seseorang yang seperti ku impikan, namun aku tak menemukannya di dalam dunia nyata kemarin..karena mata ku buta oleh nya.. namun.. sekarang aku menyadari perasaan ku..bahwa orang yang ku impikan itu ada di dekat ku selama ini..”

Po, kenapa engkau tidak menantang ku?.. lihatlah kearah ku, Hippo.. aku sedang membicarakan mu..

“Suatu pagi, aku terbangun dari mimpi ku.. dan aku begitu merasakan kebahagiaan yang sangat didada ku.. dan pagi itu.. adalah sekarang, Po.. pagi dimana aku bertemu dengan mu..”

Dia mengalihkan wajahnya. Tersenyum.

“Yesh.. apa engkau memaafkan dia jika dia meminta maaf dan ingin kembali pada mu..”

“^_^ hemmm.. aku sudah memaafkannya dari sebelum ini, Po..  dan dia bisa kembali kapan saja pada ku..

Dia jelas menyembunyikan hatinya lebih dalam untuk tidak terkejut dengan jawaban ku.

“kembali sebagai seorang teman.. hanya teman!”

……………………………………………..

Matahari tinggal kuning saja. Dia bersembunyi dibalik tubuh gempal gunung Punclut. Namun aku tidak ingin menyembunyikan perasaan ku pada mu lagi, Po.. aku ingin belajar untuk mencintai mu sebagai seorang lelaki, bukan seorang sahabat. Aku.. bisa merasakan rindu yang membuat dada ku terkadang sesak beberapa waktu ini. Aku tidak takut untuk melangkah melewati garis patah hati.. lalu keluar dari lingkaran pertemanan kita..

“Kita pulang.. sudah hampir malam..”

“Boleh sebentar lagi?!”

“No. We should go home now.. kamu baru saja sembuh, Yesh..”

“Please.. “

“No.. kita akan makan malam setelah itu aku akan mengantarkan mu pulang..”

“Why?!”

“Kita sudah janji bahwa kita akan berubah, Yesh.. “

“Boleh mulai besok saja berubahnya?!”

“Yesha..”

Panggilan yang sama.. yang memanjakan telinga ku. Aku jatuh hati pada mu, Po.. ^_^ *jatuh hati saat aku baru saja patah hati. Aku kejam bukan?! Hemmm.. itulah Ayesha. Baru terbangun, sedang menata.. dan aku percaya bahwa semua akan baik-baik saja jika engkau mau mendampingi ku seperi ini, Po.

Just be my_hero, Po..

“Yang menurut orang lain dia tidak berarti.. namun bagi seseorang yang lain dia bisa menjadi harta yang sangat berharga, Yesh..”

 

Brown Sugar..

Aku sudah mati?! Ya… hati ku.. hati ku sangat hampa. Mati. Bahasa yang aku suka untuk mewakilinya. Ayesha sudah mati. Harapannya. Mimpinya. Aku siapa sekarang?! Entahlah.. aku tidak mengenali siapa diri ku sendiri. Entah aku tidak mengenalnya, entah aku tidak mau mengenali diri ku sendiri.

“Yesh.. aku punya kejutan untuk mu..”

“Apa itu, ustadz..”

“Seseorang yang mengaku mengenal mu dengan baik..” Aku melihat senyuman ustadz hamdan sangat lembut. Hemmmm.. senyuman yang aku tidak inginkan. Dia selalu menolak menjadi guru ku dulu. Lalu kenapa sekarang dia baik? Apa dia kasihan pada ku?!! Sudahlah.. aku tidak butuh rasa kasihan. Aku lebih butuh kejujuran, bahwa kalian tidak peduli dengan ku. Terlebih ustadz Hamdan. Jika saja waktu itu ustadz mau menerima ku menjadi murid.. menasihati ku.. membimbing ku.. mungkin aku tidak akan separah ini, ustadz..

Aku tidak menemukan sosok guru yang ingin ku cintai.. aku hanya menemukan pengajar, bukan pendidik. Kalian para ustadz, hanya mengajari ku tentang ilmu ini dan itu.. setelah bebas jam pelajaran.. entah jika kalian peduli atau tidak pada ku. Padahal aku butuh kalian bukan sekedar pengajar, tapi juga pembimbing yang mau mendengarkan apa yang aku butuhkan.

“Siapa, ustadz?!”

“Sebentar..”

Aku hanya berharap bahwa yang datang menjenguk ku bukanlah dari keluarga ku.

“Assalamualaikum, Yesh..”

Tuhan,.. dia?!!

“Alaikum salam, Hippo?!”

Jangan sekarang Hippo.. aku tidak siap untuk melihat mu. Aku sangat buruk, kawan.

“Hei.. brown sugar..apa-apan ini.. sampai kerumah sakit segala”

“hmmmm.. you know.. i just..”

“Okay.. i understand.. may i hug you?”

“crazy.. of course no..”

“cause of him?”

“Not. He is fine.. he is my ustadz, Po”

Hippo*kuda nil. Teman semasa kecil. Dia tinggal di bandung, dekat dengan ku. Dia mengenal ku dengan baik. Dan dia tidak pernah protes meskipun aku hanya datang padanya saat aku tidak menemukan tempat untuk berlari lagi.

“Dari mana kamu tau aku disini?”

“Insting..”

“hah.. gila.. aku tidak percaya itu..”

“come on.. kita sudah seperti pinang dibelah dua, Girl!”

“yeahh whatever.. serius siapa yang memberi tau mu aku disini?”

“Aku.. datang ke tempat mu.. dan yaaahh teman2 mu memberi tau apa yang terjadi..”

Hemmm.. mereka tidak tau apa yang terjadi. Mereka pasti mengarang cerita.

“Kemana ustadz itu?!”

“Mungkin di depan kamar..”

“Mau jalan2 dengan kursi roda?!..”

“Okay..”

…………………………………………….

Bukankah semestinya hari ini aku ikut kegiatan di asrama. Aku lupa ada banyak agenda diasrama. Lagian.. apa iya aku masih peduli dengan itu?! Tidak.. aku tidak menyukainya sedikit pun.

“Yesh?!..”

“Hemm?!”

“Mau cerita yang sebenarnya?!”

“Kamu sudah dengar dari teman2 di asrama kan?”

“Aku teman terbaik mu, Yesh.. aku tidak percaya cerita itu..”

“Ya, aku tidak pernah bisa berbohong pada mu, Po..”

“Sooooo…?”

“Aku cape dengan semua yang aku hadapi, Po.. aku lelah.. dan saat itu.. aku tidak bisa berpikir kecuali mati..”

“Boleh aku berbicara, yesh?”

“hemm…”

“Ayesha Maulana Siddiq.. Harapan. Terkadang dunia sangat berat untuk dilalui. Terkadang menangis tidak mengurangi semuanya menjadi lebih mudah. Hanya saja kita pun tak bisa berhenti.

Mimpi. Itu tempat yang masih kita miliki. Disana kita akan membagi segalanya. Dan aku tidak akan canggung untuk memelukmu.

Ayesha, Sugar..

Aku sedih mendengar apa yang terjadi. Dan aku sangat menyesal tidak bisa menemani mu saat terberat dalam hidup mu. Jika saja aku lebih dekat, andai aku bisa kesana. Aku pasti akan memeluk mu. Meyakinkan mu, bahwa dunia itu tidak semenyakitkan yang kau pandang, sayang..

Ingat pertama kali kita jatuh cinta pada buku puisi Ayip Rasidi?!.. heeemmm.. tepatnya, aku bukan jatuh cinta pada buku puisi Ayip Rasidi, tapi pertama kali aku jatuh cinta pada mu.

Ya, Yesh.. seperti yang engkau tau bahwa aku jatuh cinta pada mu saat itu. Aku tidak ingin merusak apa yang ku miliki denganmu. Aku sangat senang melihat senyum mu. Dan saat ini, engkau pasti sangat jelek karena tidak tersenyum. ^_^

Ayesha,

Apa yang tidak engkau miliki? Engkau punya segalanya. Hidup ini pilihan. Dan kita bisa memilih yang terbaik untuk kita tanpa paksaan. Jika engkau tidak sanggup untuk membawa beban ini sendirian, kenapa engkau tidak memilihnya untuk membagi? Bukankah aku ada, Yesh?! Cinta ku cukup besar untuk menerima semua luka mu. Berbagilah dengan ku. Beri kita kesempatan untuk percaya.. bahwa yang tidak mungkin itu bisa menjadi mungkin. Kita percaya bahwa semua bisa berubah dan bisa dipertahankan.. yaaa.. kita tidak memiliki apa pun kecuali “percaya”..

Yesha,

Aku mengerti sakit mu. Ketakutan yang sama. Takut kehilangan. Yesh, aku pernah merasakan hal itu dan telah mengalami hal yangg aku takutkan itu.

Benar, Yesha.. saat aku merasa takut kehilangan mu.. yang akhirnya aku kehilangan mu. Sakit?! Ya. Sangat. Sama seperti yang engkau rasakan. Sakit kehilangan sesuatu yang kita cintai.. apa lagi jika kita harus kehilangan hanya karena kita tidak layak untuk memilikinya.

Yesha, hati orang itu pada dasarnya sangat sensitif.. semua! Mereka semuanya merasakan sakit, takut, cemas, bahkan rindu! Engkau tidak sendirian dalam merasakan itu, Yesh..

Meski engkau berlari, bersembunyi.. semua rasa itu akan terus datang pada mu. Yang menjadi masalah bukanlah rasa yang datang pada mu.. melainkan sikap mu untuk siap dengan kedatangan mereka. Meratapi hidup bukanlah jawaban, Yesh.. terlebih yang kau lakukan itu. Dunia yang terasa berat.. semata-mata karena engkau sangat mencintai dunia itu.

Yesha, apa engkau lupa bahwa dunia itu hanyalah sebuah perhiasan yang menipu mata. Engkau yang mengajari untuk hidup dan bertahan.. maka jangan ajari juga aku untuk menyerah.. ketika percaya dan iman ini masih menjadi milik mu, miliki ku, miliki kita.. kita tidak pernah rapuh, sayang..

Ingat, Cavi?

Ya, Cavi.. anak yang dulu aku dan Hippo sering kunjungi di psikiater. Dia anak yang menyebalkan dan sangat mengganggu. Kata om heru, apa yang dialami Cavi, tidak jauh dari apa yang membuat ku harus datang ke tempat prakteknya saat itu. Akhir dari cerita.. aku, Hippo, dan Cavi terlibat dalam persahabatan. Jika itu dilayak di sebut persahabatan..antara aku dan cavi, bukanlah pasangan yang hebat!

Ya.. dia sudah sukses dengan hidupnya sekarang. Dia tidak membiarkan siapa pun membuatnya menangis. Dulu dia sangat marah karena aku tidak menyatakan perasaan ku pada mu 1 tahun yang lalu.

Akuuu.. tidak ingin engkau bingung, Yesh.. dia adalah yang engkau temukan menarik..dan aku adalah teman semasa kecil mu.. jika aku menyatakan perasaan ku saat engkau dekat dengan dia waktu itu.. aku yakin itu akan melukai mu. Cavi memaksa ku malam itu untuk menemui mu, dan mengatakan bahwa aku sudah sekian lama menyukai mu.. bukan sebagai teman kecil.. tapi seorang lelaki yang kau tatap saat itu.

Aku tau, Po… aku tau bahwa cara mu menatap bukan lagi cara Hippo kecil menatap Ayesha kecil. Aku tau bahwa dalam tatapan itu ada hal lain yang di sembunyikan. Aku menyadarinya. Hanya saja aku sengaja tidak ingin membongkarnya. Mungkin alasan yang sama yang kau utarakan tadi.. tidak ingin merusak apa yang sudah kita miliki saat ini. Dan engkau satu-satunya orang yang benar-benar aku miliki.. yang tidak pernah hilang atau menghindar.. bahkan yang tidak pernah aku benci. Hebat sekali.

Kau tau alasan aku yang sebenarnya mundur, yesh?! Karena aku tidak mau hati ku terluka sama seperti malam sebelumnya ketika aku menemani mu ke pameran buku di Braga.. aku tidak mau di panggil “Kak…” oleh mu.. aku bukan dia, yesh.. ^_^ ya.. aku bukan dia..

Maka aku memutuskan untuk tidak lagi berharap.

Namun, Yesha.. aku tidak bisa menghilangkan harapan itu. Aku tidak bisa menghentikan mimpi ku untuk memiliki mu suatu saat. Yaa.. Harapan dan mimpi itu tidak akan pernah bisa mati, Yesh.. begitu pun tentang mu. Harapan dan mimpi itu selalu hidup dalam diri mu.. hanya kadang kita perlu melakukan sesuatu hal untuk membangunkannya.. sesuatu yang diluar kebiasaan kita.

Yesha,

Waktu akan terus berlalu. Manis itu bagiannya, pahit  pun demikian. Kehidupan kita akan berubah.. sesaat turun..sesaat naik.. setuju, jika engkau pernah menyebutnya bahwa hidup itu seperti pendulum. Senantiasa bergerak. Lalu bisakah kita mengontrol gerakan pendulum itu?! Tidak, yesh!! Semua akan berjalan apa adanya.. bergerak begitu saja. Yang engkau perlukan adalah siap untuk mengimbangi gerakan itu. Lelah? Biarkan engkau menikmati semuanya.. ^_^

Tersenyumlah, yesh.. aku merindukan semua hal tentang mu..”

Aku tersenyum seperti yang kau minta, po.. ini tulus.. semua yang kau ucapkan itu benar. Aku bisa menerimanya. Aku bisa menerima nasihat mu, karena engkau tidak bersalah pada ku.

Apa harapan dan mimpi itu masih tentang menikahi ku, Po?”

“Ya..”

Senyum Hippo yang sama seperti dulu. Ayip Rasidi.. buku yang kita kejar untuk mendapatkannya. Hemmm.. Po.. jika saja engkau tau.. bahwa kita memiliki perasaan yang sama dari awal. Aku pun tidak menyukai Ayip Rasidi, jika bukan kamu yang sama-sama tergila-gila dengan pengarang sunda itu. Aku bukan tertarik pada karangan Ayip Rasidi, tapi pada mu. Aku sama gilanya dengan mu, Po.. tapi… aku tidak bisa mengatakan itu pada mu sekarang. Aku baru saja patah hati. Aku akan sangat jahat jika mengatakan cinta pada mu, seolah-olah bahwa engkau itu pelarian. Aku ingin mencintai mu dari awal lagi. Aku akan mengakuinya jika saat itu ada bagi kita, Po..

“Po.. boleh aku…”

“Apa?”

“Lupakan saja..”

“hehehe.. aku akan mendapatkannya jika kamu sudah siap, Yesh.. santai saja..”

^_^ Hippo.

“Brown Sugar.. masih ingat artinya?!”

“Ya..”

Seorang perempuan yang Cantik, cerdas, berkelas tapi tidak angkuh.. sangat seksi tapi tidak murahan.. itu tipe yang kamu sukai, Po.. dan itu… bukan aku!

“That was you, Yesh..”

“No way..”

“Percayalah.. itu adalah kamu.. Ayesha Maulana Siddiq.. seorang calon magister ekonomi yang cantik, cerdas, berkelas tapi tidak angkuh.. seorang wanita yang sangat seksi tapi tidak murahan. Dia tau apa yang pantas dia lakukan, apa yang dia kenakan.. dia sangat mengetahui kecantikannya..dan juga tau bagaimana memelihara itu dari pandangan dunia.. hahahha..”

Hippo. Aku tidak seperti itu. Aku adalah seorang pesakitan. Aku memang menyadari bahwa aku cantik, tapi aku tidak pernah tau bagaimana menjaganya. Bahkan aku tidak keberatan jika orang senang saja menikmati kecantikan ku itu. Aku adalah wanita murahan, Po.. yang mau menggadaikan harga dirinya hanya karena uang.. yang hampir2 saja melakukan hal terbodoh dengan merendahkan dirinya datang pada orang yang dulu paling dia hindari karena dia tau bahwa orang itu tidak lebih dari setan yang berbentuk lelaki kaya raya! Po, aku tau bahwa engkau mengatakan itu hanya untuk membuat ku merasa lebih baik. Makasih, teman.. aku.. Menc****i mu..

“Yesh.. aku menitipkan ini.. jika tangan mu sudah sembuh.. engkau boleh memakainya..”

“Apa ini?”

“Sebuah lamaran.. jika engkau mau.. engkau bisa memakainya.. tapi ini lebih pada hadiah dari seorang teman!”

“No, Po.. i cant do this..”

“Ayolah, Yesh.. aku serius.. simpan itu!”

“…………………”

“Mau balik lagi ke kamar?”

“Okay..”

…………………………………………………

Ayesha, sedikit terbangun dari tidurnya. Seorang pangeran mencium putri yang tertidur karena memakan apel yang beracun. Brown Sugar. Aku berharap aku bisa seperti itu, Po.. cincin yang cantik untuk seorang yang tidak pandai memilih barang seperti mu. ^_^

 

Gaun terakhir…

04 Maret 2011

Tuhan, Engkau akan marah padaku.

Aku sudah tidak mencintai diriku lagi. Aku ingin segera menjumpai Mu dalam seburuk apa pun aku bertemu.

Gaun ini, semestinya ku gunakan untuk bertemu dengan seseorang yang ku sayangi. Dia berjanji dia akan menemui ku. Dan aku sangat senang. Gaun ini aku beli beberapa hari setelah janji dia. Rendanya kecil dibagian atas. Kata pemilik toko, bunga yang disulam itu adalah melati. Kecil terangkai menghiasai bagian pingir lehernya. Tepat dibagian bawah gaun, renda senada ungu pucat adalah bunga melati yang sama, hanya saja ukurannya lebih besar. Satu jengkal diatas lutut. Aku pikir ini sangat bagus. Jika aku bertemu dengannya nanti. dia pasti akan menyebutku cantik. Melati yang kecil direnda gaun itu tidak sebanding dengan bunga yang mekar megah di hati ku memikirkan hari yang istimewa itu.

“Maaf.. aku tidak bisa menemani mu sabtu depan, Yesh..”

“Why?”

“Aku harus bertemu pembimbing ku..”

“Bukankah kita sudah sepakat, Kak?”

“I’m so sorry.. ini sangat penting, Yesh.. mengertilah..”

“I want.. but I can’t. Semua tentang mu itu penting.. tidak tentang ku..”

“Ayolah, Yesh.. tidak seperti itu..tolong..”

“Ya..Tidak apa2.. dan..satu hal lagi..tanggal 23 nanti, aku tidak mau menemani mu..”

“Hahh? Kenapa??..”

“Hanya tidak bisa.. sama seperti mu.. ada yang lebih penting..”

“Apa ini pembalasan, Yesh?”

“Anggap seperti itu..”

“Kau seperti anak kecil.. aku tidak bisa menemani mu bukan main-main.. tapi kau membatalkan pertemuan kita hanya karena membalas ini?”

“…………….”

“Yesh… ahhh.. kau marah!”

“Ya.. aku sangat kesal!”

……………………………………

Setelah hari itu kita tidak pernah saling berhubungan lagi. Kak.. entah sampai kapan engkau mengerti apa yang ada dalam otak ku. Engkau tidak bisa seogois itu pada ku. Aku sudah mempersiapkan untuk pertemuan kita, dan untuk tanggal 23 nanti. Ya, untuk tanggal 23 aku sudah membeli gaun yang lain..berwarna hitam. Aku ingin benar-benar engkau mengakui bahwa aku cantik. Malam tanggal 23 anggap bahwa itu adalah tanggal ulang tahun mu yang seharusnya tanggal 12 besok. Sebagai kadonya, aku ingin memberikan kejutan pada mu. Namun, pertengkaran kita.. menghancurkan semua mimpi ku, Kak.

Engkau tidak menenangkan ku. Aku berjuang dengan kekecewaan ku sendiri.

…………………………………………………………………………..

“Apa-apaan ini. Kau ini bodoh atau apa.. masa fungsi manajemen seperti ini?”

“Lalu yang seperti apa, pa?”

“Coba kamu lihat dibukunya.. “

“Saya sudah melihatnya.. dan ini bukunya..”

“Ahh.. percuma ada bukunya juga.. toh kamu tidak mengerti apa yang kamu bahas!”

“Saya atau bapak yang tidak mengerti yang saya bahas.. saya sudah meminta pendapat dosen lain..dan dia setuju.. ini bukan hanya ide saya, pa.. ini juga ide dosen lain yang ahli ekonomi!!”

Tuhan, benarkah aku yang bodoh?!! Atao dia yang g*****k

………………………………………………………………

“Yesh…”

“Ya, Mi?”

“Kapan, engkau mau menyelesaikan sidang?”

“Bulan depan.. kenapa, Mi?”

“Uang yang Yesha butuhkan belum dikembalikan ama yang pinjem itu..  dan kita saat ini tidak punya uang cash, sayang..”

“………….”

“Yesha..??”

“Iya, Mi..”

“Yesha baik2 sajakan?”

“Iya, Mi.. nanti Ayesh telephone lagi.. sekarang ayesh sedang ngedit laporan..”

“Iya.. Hati-hati ya, yesh.. Ummi minta maaf.. insyaAllah ummi usahakan Yesha bisa sidang bulan depan..”

“Enggak apa-apa, Mi.. Ayesh tidak terobsesi  lulus tahun ini juga..”

“Enggak, Yesha harus lulus tahun ini..”

“……..”

“Ummi akan lakukan apa pun untuk Yesha..”

“Jangan, Mi.. biar Ayesh yang mencari sisa dari kekurangannya..”

……………………………………………………………………….

Tuhan, kemana aku akan mencari sisa kekurangan uang itu?! Ini salah ku.. kenapa aku pinjamkan uang kuliah ku?! Kepala ku berat, Tuhan.

“Hai, pa..”
“Ayeshhh.. kemana aja, cantik?!”

“Ada.. sedang sibuk tugas akhir, pa..”

“Sini donk main.. sudah lama gak liat wajah Ayesh..”

“Pa..”

“Ya, sayang?!”

“Boleh Ayesh minta tolong..??”

“Oya.. boleh donk.. apa sich yang enggak buat Ayesh.. hahahha..” *tawanya membedirikan bulu takut ku. Ketakutan bahwa ini bukan jalan yang ku inginkan. Ini adalah tawa setan yang selalu ku hindari sejauh ini.

“Ayesh.. pinjam uang..”

“Kok pinjam?! Aku kasih.. asal kamu datang kesini..”

“Iya, pa.. tar Ayesh kesana..”

“Okay, saya tunggu.. dandan yang cantik ya, manis..”

“hemmm..”

………………………………………………

Lewat cermin yang terpampang besar. Aku menembus wajah ku sendiri. Senyum yang membuat siapa pun tunduk.. Mata yang mengalahkan jiwa kosong, lalu mengisinya dengan kegembiraan yang dikurasnya dari mata ular ini.

Siapakah aku, Tuhan?!

Tuhan?!! Apa aku masih layak memiliki iman ini?!

Perih.  Duhai engkau yang ku cintai dengan sangat.. engkau tidak pernah ada ketika aku membutuhkan mu. Engkau hanya senang melihat senyum ku. Kiankah engkau mengerti bahwa bibir ini pula yang pada waktu-waktu tertentu, waktu terberat dalam hidup ku.. dia menjadi jalan laluan air mata. Memohonkan bahwa engkau sekali saja mengenali kesedihan ku.

Tuhan, kenapa aku melalui masa ini?! Apa kah aku benar-benar layak hidup?!

Tuhan, apa engkau yang merancang aku untuk kembali pada pelukan orang-orang yang mencintai tubuh ku itu?! Tuhan, apa iya ibuku tidak akan lebih sakit jika tau bahwa anak yang dibanggakannya tidak pernah menikmati bahagia?!

“Mi.. aku sangat mencintai mu.. aku tidak ingin melihat ummi susah.. biarlah aku yang menganggungnya sendiri. Biarkan saja aku begini, Mi..”

…………………………………………………

Hari ini, akhirnya.. jika aku ingin mendapatkan uang itu.. aku harus menemuinya. Dan aku tahu apa yang akan terjadi. Aku tidak lebih dari seorang pelacur.

Tuhan aku bingung.. aku tidak ingin terjebak disini. Tuhan aku harus berlari kemana?!

Aku benci dengan dosen t***l itu.. dia tidak sama sekali menghargai apa yang ku lakukan. Engkau taukan, Tuhan.. bukan aku yang bodoh.. tapi dia!! Dia yang tidak mengerti masalah dari tugas akhir ku. Dia yang salah. Dia yang bodoh!! Aku benci dia. Aku do’akan dia segera kena balasan dengan keto***lan dia itu. Aku benci sekali.. sangat benci.. dia yang membuat ku semakin gila!! Dia yang membuat ku seperti ini. Dia, Tuhan!! Dia..

Lalu dia, orang yang kusayangi itu, Tuhan.. dia adalah orang nomer satu yang sangat..sangat ku benci.. dia hanya menginginkan ku saja, Tuhan.. dia tidak mencintaiku.. dia hanya membutuhkan ku dalam versi dia!! Aku membencinya, karena dia sudah berani memasuki wilayah pribadi ku dan merusaknya. Aku tidak akan memaafkan dia, Tuhan.. jika aku semakin tertekan setelah dari dosen itu.. dia adalah orang yang paling tepat disalahkan. Karena dia menambah-nambah kekecewaan ku. Aku seperti sampah yang tolol kata dosen ku. Aku seperti sampah yang busuk bagi dia yang ku sayangi itu!! Semuanya menganggap aku hanya sampah!! Mereka akan baik pada ku jika mereka menginginkan ku saja.. mereka tidak sama sekali menyukai ku!! Aku benci dia.. dialah alasan kenapa aku mati, Tuhan..

Ummi, sayang..

Tuhan..aku sangat mencintai ibu ku.. dia adalah satu-satunya cahaya ku. Aku ingat benar pelukan dia yang lembut dan hangat. Cubitan manja dia. Semua cinta dia.. bukan.. bukan karena dia aku kalah, Tuhan… namun cinta dia tidak kuat dalam hati ku sehingga membuat ku tetap bertahan disini..

Tuhan, suatu ketika saat aku tidak bisa menemaninya di syurga.. ijinkan aku menatapnya.. aku senang sekali dengan senyumannya. Aku sangat merindukan matanya yang teduh… Tuhan…

…………………………………………………………

Ini sudut ku. Ini akhir ku. Garis ku terputus disini.

Gaun yang akan membuat ku cantik untuknya, akan ku bawa untuk bertemu dengan Mu, Tuhan.. meski dengan cara yang salah..

Perih. Sakit. Aku tidak peduli. Biarlah darah ku yang membayar sakit itu.

Aku mendengar suara teman-teman tertawa. Mereka bahagia, mungkin. Terbayang waktu terbaik dengan mereka. Perkenalan yang kaku. Perseteruan yang kadang menyebalkan. Atau seperti saat ini.. tawa, kegembiraan yang tidak bisa ku lupakan…

……………………………………………………………..

“Teh Ayesh?!.. darah?!”

Aku medengar suara ketukan dari luar. Kepala ku mulai berdenyut. Aku tidak akan membukanya, Khil. Maaf… biarkan aku begini.

“Tehhh.. tehhh..”

“kita dobrak saja..”

Antara sadar dan tidak, aku mendengar riuh orang dengan khawatir. Aku merasakan tubuh ku dibopong. Entah oleh siapa.

“Kita bawa ke klinik terdekat, ustadz..”

“Iya…”

………………………………………………………………

Aku merasa sakit. Tubuh ku.. dan yang lebih sakit adalah hati ku.

Aku sadar pukul 7 malam. 3 waktu shalat aku lewatkan. Dan mungkin sebenarnya aku tidak pernah shalat.

Aku melihat mereka. Matanya khawatir. Mendekati ku. Mengusap tangan ku. Senyum yang hambar, semoga itu tulus.

“Ayesh..”

“Iya, teh…”

“Sabar ya, De.. semua akan baik-baik saja..”

Aku tidak mengangguk. Tidak menggeleng. Aku mengenali rasa yang berkecamuk didada ku. Malu karena merasa bodoh dengan melakukan perbuatan ini. Kesal, karena aku tidak melihat orang yang ingin ku lihat, lelaki brengsek itu!! Seharusnya dia adakan?!! Cihhh.. aku sudah benar-benar menyia-nyiakan waktu ku dengan mencintai dia!! merasa bersalah dengan ummi.. jika aku tadi mati.. mungkin saat ini ummi sedang menangis menjemput mayat ku.

“Teh Noey, Mei, Rhe, Niz… Khil, Rai,I’a, Nit.. makasih sudah membawa saya kesini..”

Mereka menatap ku tidak percaya.

“Jangan pikirkan itu..” Tangannya sangat lembut. Aku benci dibohongi. Jangan pura-pura baik atau peduli pada ku. Kalian tidak menginginkan ku sebagai sahabat kan?.. aku hanya penghuni saja bagi kalian.. bukan sahabat!

Mata ku panas. Tidak bisa membendung sakit.

“Sudah lebih baik, yesha?!”

Suara yang ku cibir. Haahhh.. kenapa kalian baru menolong ku saat aku sudah jatuh, kawan?! Kenapa kalian tidak menolong ku saat aku hanya baru terpeleset atau baru limbung. Sekarang aku sudah di jurang.. aku kadung merasakan sakit dan tidak percaya.. sekeras apa pun kalian mengulurkan tangan.. aku sudah tidak membutuhkannya.

“Iya, sutadz..”

“Baju mu, saya bakar, Yesh..”

Aku diam.

“Kita akan memperbaikinya, Yesh.. beri kami kesempatan.. sebagaimana engkau akan memberi kesempatan untuk sembuh pada raga dan hati mu..”

“Iya, ustadz..”

Percuma. Batin ku sudah tergadai pada gelap, gerimis yang tak kunjung reda.. karena penantian Ayesha sudah mati. Dan mulai hari ini Ayesha sudah mati. Bukan terambilnya nafas dari raga hingga tak bergerak, namun malaikat maut mengambil semangat dan harapan ku untuk hidup.. terlebih cinta. Kuburannya sudah digali. Aku pun hanya menjadi penunggu kuburan itu.

Ayesha. Ruang ICU A*****t.

After school..

“Aku ingin naik kereta.. sepertinya menyenangkan!”

“Kenapa kerata?”

“Entalah, aku suka.”

“Okay, kalo begitu sudah diputuskan..”

“Apa, Kak?”

“Kita akan jalan-jalan ke Jogja..?”

“Oyaa?!”

“Ya.. tapi dengan satu syarat..”

“Hemmm?!! Apa??!”

“Selesaikan tugas akhir mu dalam minggu ini, okay?”

“Haa?!! curang..”

“hahahaha.. Tidak curang donk… anggap ini sebagai hadiah untuk kerja keras mu ya..”

“Okay…”

Aku masih ingat benar kesenangan yang engkau siramkan pada kesendirian ku, Kak.. penuh terisi ruang sepi ku dengan kebahagiaan yang engkau tiupkan lembut.

“Aku akan berusaha menyelesaikannya tepat waktu.. karena jogja itu untuk ku!”

“Ya.. dan aku akan bekerja lebih rajin biar bisa mengumpulka uang buat perjalanan kita tanggal 23 nanti!”

…………………………………………..

Kita berusaha untuk menyelesaikan apa yang sudah menjadi kesepakatan kita. Setiap malam aku menghabiskan waktu ku untuk membaca bahan yang seharusnya ku tulis. Dengan kepala yang sudah mulai sering terasa berat aku tidak peduli. Kadang aku lupa makan. Kata teman ku, aku bohong hanya turun 4 kilo.. pasti lebih dari itu.  Tubuh ku rata. Tapi aku tidak peduli. Aku ingin menyelesaikan tugas ini dalam satu minggu, lalu bisa berlibur dengan mu…

Sepekan kemudian aku terasa mual, mungkin masuk angin karena kurang tidur. Aku harus menemui dosen ku… dan lagi, aku ditolak. Aku pulang sedih. Apa yang harus aku lakukan?!

Aku menatap papan jadwal ku. JOgja, 23 April 2011. Hemmmm.. mungkin hanya impian ku saja.

Tapi… aku belum menyerah.. aku harus membuat lagi yang baru. Aku tidak ingin tertinggal oleh mu, kak.. Aku tau engkau berusaha dengan keras disana mengumpulkan uang untuk perjalanan kita.

“Hai, Yesh..”

“Ya, kak?!”

“Sorry.. I’m really sorrry.. uang ku kurang jika kita harus ke Jogja.. bagaimana ini?”

“Sudahlah.. tak apa.. kita masih bisa naik kereta lain kali..”

“Are you sure?!”

“Hem!!.. tak apa2, Kak..”

“Baikah, kita ganti di sekitaran bandung saja ya..”

“Ya… dimana ya?”

“Bagaimana kalo ciater?!”

“Okay.. itu juga bagus..”

“Baiklah.. kita pesan untuk 2 malam.. setuju?”

“Settujuuu..”

Padahal hati ku sedikit kecewa.. kenapa tidak jadi ke Jogja. Aku sudah berusaha sebaik mungkin… kenapa aku tidak pernah bisa jujur mengatakan bahwa aku kecewa, bahwa aku tidak suka dengan beberapa hal yang engkau putuskan bagi ku, Kak?! Kenapa aku suka berpura-pura begitu..

“Yakin engkau tidak apa2, Yesh?!”

“Iya, Kak..”

“Sorry..”

………………………………………………………….

“Kenapa kita selalu seperti ini..?”

“Engkau yang tidak mencoba melihat dengan sisi yang lain, Yesh..”

“Apa yang salah dengan ku..”

“Sekali saja engkau pikirkan bahwa aku punya kepentingan..”

“Bukankah aku selalu melihat itu, Kak.. Kali ini, aku minta kali ini saja..”

“Aku tidak bisa, Ayesha!”

“Kenapa?”

“Karena aku harus bertemu seseorang!!”

“Persetan dengan pertemuan mu.. Aku benci kamu!!”
“Ayesha.. kamu seperti anak kecil! mengertilah bahwa ini juga demi kebaikan kita..”

“Kita?!
“Ya.. jika aku bisa membuat ide-ide ku ini mejadi kenyataan.. dan aku bisa mendapatkan project ini.. aku..”

“Tentu.. not We.. But You.. as always!!”

“Mengertilah, yesh..”

“Akan.. aku akan mengerti.. jika engkau tidak bisa melakukan kali ini untuk ku.. maka aku tidak akan melakukan apa pun untuk tanggal 23 itu!”

“Kenapa??!”

“Karena aku tidak mau.. Jika tentang mu.. aku selalu harus mengalah. Kakak egois!!”

“Tanggal 23 itu bukan untuk ku, yesh.. tapi dari ku untuk mu!”

“Apa bedanya.. semua tentang mu.. 23 itu jadwal mu.. rencana mu.. dan aku hanya mengikuti!!”

“Ayesha.. sumpah engkau seperti anak kecil. Aku tidak mau meladeni mu.. aku harus berangkat sekarang. Sudah ya..”

“Pergi saja sana.. jangan kembali..kau senang begitu!”

“Ayesha.. aku sudah membatalkan jadwal ku untuk tanggal 23, tapi jika kamu tidak mau ya sudah.. apa yang ku lakukan untuk mu tidak ada gunanya!”

“Untuk ku.. untuk ku.. apanya, kak?!”

“Baik.. jika engkau tidak mau mengakui bahwa engkau yang membatalkan acara itu.. anggap saja aku yang membatalkannya!”

“Yaaa.. yaaa.. silahkan batalkan sesuka hati mu. batalkan dan lupakan juga niat mu untuk menikahi ku. Aku sudah cape dan muak dengan semuanya!!”

“Pengorbanan ku tidak pernah ada nilainya dimata mu.”

“Terserahlah..karena yang kau sebut pengorbanan itu tidak pernah berpihak pada ku.. hanya pada mu! tanggal itu engkau libur.. bukan pada saat aku yang menginginkan mu, tapi saat engkau mau datang pada ku”

Kak, jika saja engkau mu mendengar hati ku. Aku sebenarnya takut ketika mengatakan “silahkan batalkan sesuka hati mu. batalkan dan lupakan juga niat mu untuk menikahi ku. Aku sudah cape dan muak dengan semuanya!”.. Ya, aku sebenarnya berharap engkau mau mengalah..

Apa susahnya bagi mu untuk mengalah. Padahal engkau tau benar seperti apa aku. Engkau mengenal aku yang pemarah.
Kak, engkau berubah dari terakhir kali kita bertemu. Aku tidak melihat cinta itu lagi dari mata mu.. mungkin lensa ku sudah buram sehingga tidak bisa menangkap bahasa tubuh mu yang menginginkan jarak dari ku. Aku tidak bisa melihat mu dengan jelas, jika sosok mu sudah semakin jauh..

Kak, sejak hari itu aku menunggu bahwa engkau akan menghubungi ku.. lalu mengatakan maaf.. dan kita seperti biasa akan kembali baikan lagi. Tidak.. aku berhari-hari menunggu mu.. engkau tidak sekali pun mendengar apa yang ku bisikan pada malaikat, bahwa aku merindukan mu.. aku ingin bertemu dengan mu..

Mungkin telinga mu tidak akan pernah mendengar bisikan ku, karena engkau sibuk dengan nyanyian mu sendiri..

Selalu aku menjadi penonton untuk keluarbiasaan mu, Kak..Dari dulu kita bertemu..dari semula cinta ini ada.. aku sadar bahwa aku menemukan mu yang sudah cemerlang..dan bahkan putus asa ini sudah ada saat memperhatikan mu pertama kali..bahwa aku tidak bisa menyentuh mu.

Aku sudah mempersiapkan semua kebutuhan kita untuk perjalanan nanti.. tapi.. aku sudah tidak membutuhkannya lagi.. Aku akan membuangnya! sebagian ku simpan.. sebagai kenangan, bahwa aku pernah memiliki harapan…bahwa aku pernah dekat dengan mu!

Ayesha tidak pernah berada di samping mu kan, kak?! yang ada hanya dibelakang mu..
Lalu mulai saat ini.. aku tidak ingin begitu. Aku bisa berada di depan mu bahkan..

Ayesha, wanita yang engkau cintai.. sudah mati, Kak!!